Minggu, 09 Januari 2011

Kisah Ibu dan Sepatu

diambil dari Facebooknya Fahmi Sadja on Wednesday, December 22, 2010 at 10:21pm


Sebelum tidur dan bermimpi indah... Mari kita lihat cerita yang berikut ini. Cerita yang saya tulis ulang dengan sentuhan dramatisasi sedikit, agar semakin enak dinikmati. Cerita yang saya dapat dari pendengar Imelda bersama Ibunya tepat di hari Ibu tadi pagi. Beliau cerita sampai nangis, patner siaran saya pun ikut2an nangis, dan beberapa pendengar lainnya pun nangis... Mendengar kasih putih yang begitu tulus yang Ibu berikan kepada setiap anak-anaknya... Subhanallah....

cerita dari Ibu Susi yang juga memenangkan program a confession on a mother's day.....

Alkisah, beberapa tahun yang lalu. Aku beserta 8 saudara lainnya hidup dalam rumah yang penuh kedamaian. Rumah kami tak semewah rumah-rumah kebanyakan. Ya, kami memang bukan dari keluarga berada. Orangtua ku pun bekerja serabutan. Sedangkan Ibuku membuka sebuah warung gerobak di depan rumah. Meski pun demikian, Ibu ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang layak untuk masa depan.

Suatu saat, aku mendapati sepatuku robek di bagian depan. Sepatuku rusak hampir tak berbentuk lagi, bahkan jari-jari kakiku kelihatan meskipun sudah beberapa kali dijahit. Aku malu berankat ke sekolah dengan keadaan sepatu seperti itu. Apa kata teman-temanku nanti? Sudah cukup aku terima cacian tentang kemiskinanku dari teman-teman. Jika ditambah lagi karena sepatu usangku ini, pasti aku tak akan tahan menerima hujaman cibiran dari teman-teman sekolah.

Akhirnya pagi itu, aku meminta kepada Ibuku untuk dibelikan sepatu baru. Aku mengerang-erang dan memaksa ibu agar memenuhi permohonanku. Aku pojokkan dia, omel-omelin dia, sampai dia mau mewujudkan keinginan untuk memiliki sepatu baru. Namun, reaksi ibu sungguh membuatku semakin muntab. Dia berkilah, memasang wajah memelas, berusaha membuatku tenang dan mempercayai janji-janji palsunya.

Namun, aku tak menyerah untuk mewujudkan misiku mendapat sepatu baru. Aku mengancamnya tidak akan bersekolah lagi jika sepatuku belum baru. Aku akan terus menangis dan merengek seperti ini jika ibu tak juga mewujudkannya. Aku sungguh-sungguh punya seribu alasan agar ibu terpojok sehingga tak bisa lagi melarikan dari dari jeratan keinginanku.

Pikiran jahatku pun muncul seketika itu, aku mempuyai inisiatif. Aku ambil silet yang ada di kamarku bekas untuk meruncingkan pensil. Dengan sekuat tenaga aku silet-silet sepatu busukku itu agar tak berbentuk lagi. Coba kita lihat, apa ibu masih tega membiarkanku memakai sepatu butut itu.

Melihatku mencabik-cabik sol sepatu itu, Ibu hanya terdiam dan meninggalkanku sendirian di ruang tamu. Dia palingkan wajahnya sembari membereskan dagangan kami yang belum satupun terjual. Ibu pergi entah kemana. hatiku puas, karena ibu pasti akan menyesali telah tidak memenuhi permintaanku.

Sore hari setelah aku terbangun dari tidur karena capek seharian meraung-raung. Aku melihat dari kejauhan ibu berlari-lari kecil mendekatiku. Dengan wajah yang sangat sumringah (aku masih teringat senyuman lebar itu), ibu membawa bungkusan yang dia dekap dengan kencang. Setelah memanggilku dengan terengah-engah karena kelelahan, ibu menyodorkan bungkusan itu.

Perlahan kubuka bungkusan itu, kudapati sepasang sepatu cantik ada di genggamanku sekarang. Sepatu yang aku inginkan telah ada di tanganku sekarang. Namun, dalam hitungan beberapa detik saja, aku merasakan lemas yang luar biasa. Hatiku kelu, bibirku kaku, pikiranku pun kalut. Aku sedih dan merasa menjadi orang paling jahat hari ini.

Ibu, wanita paling baik sedunia. Dari mana dia dapatkan uang untuk membeli sepatu bagus ini? untuk makan sehari-hari saja kadang susah, namun ibu penuhi buatku. Dia lakukan apapun untuk kebahagiaan anak-anaknya. Tak pantas perlakuanku hari ini padaku Ibu. Rengekanku kau balas dengan senyuman manismu karena sudah membelikanku sepatu. Siletan-siletan tajam tadi, kau balas dengan sekaan keringat pada wajah mungilku. Ibu maafkan aku ibu....

Aku tak bisa menahan tangisku, aku peluk dan mohon ampun kepada ibu saat itu juga. Aku menyesal telah membuat ibu susah....

Gaiz... aku rasa, Ibu temen2 pun adalah yang terbaik dari siapapun mahluk di dunia ini. Dia adalah guru terbai sepanjang masa. Yang mengajari kita bertahan, tidak cengeng, perhatian dan saling santun. Ibu adalah keharuman bagi setiap mawar di atas tangkai-tangkainya... Kesejukan untuk setiap embun yang menyapa di pagi buta.... Dan, kelembutan yang membuat bulan selalu bersinar indah....

Selamat Hari Ibu, We love u ibu... :)

2 komentar:

Monggo Komentar Anda!