Minggu, 07 Agustus 2011

Dia menyebut kita saat kematian menyapanya


Ya Allah, ini untuk kesekian kalinya, aku membaca cerita nabi Muhammad. Subhanaallah banget ya, ya Allah. Air mataku kembali meleleh, tak terbendung. Membaca kisah nabi dalam buku “Menatap Punggung Muhammad”.  Ya Allah, sungguh hidayah itu datang dari Mu, sungguh Kaulah yang meniup Ar Rohaman dan Ar Rohim itu, ya Allah. Sungguh Kau adalah Cinta dari segala cinta mulia di dunia ini. Ya Allah, sungguh kasih Mu melebihi kasih sayang ibu yang dikumpulkan di muka bumi ini.
Begitu santun Kau buat perangai nabiku itu ya Allah. Hingga Kau sendiripun sangat memuja dan memuji ciptaan Mu sendiri, Muhammad. Ya Allah, hamba malu ya Allah. Mana mungkin, hamba yang seorang manusia lemah ini, tak segenap jiwa, tak sepenuh peasaan, tak segenggam rasa, mencintai kekasih Mu ya Allah.  Padahal Engkau sangat mencintainya. Ya Allah, hamba yang nista ini, ingin bertemu dengan Rasul Mu yang agung itu. Rasul yang begitu cinta kepada umat-umatnya, biarpun dia tak pernah bertegur sapa, apalagi mengenal, terlebih melihat umat-umatnya. Tak pernah.
Namun ya Allah, ya Robb. Muhammad begitu tulus, dan sangat bersedih. Ketika akhir hayatnya, ketika dia menghadap kepada Mu, ketika dia Kau panggil dengan lembut, dia menyebutkan dengan fasih, “ummati… ummati…ummati”. Di akhir hayatnya, Muhammad kekasih Mu, menyebut kata ‘ummati’ ya Allah. Sebagai tanda cinta dan begitu memuliakan umat-umatnya. Begitu mengasihi umat-umatnya. Dia begitu mencintai, sepenuh perasaan jiwa raganya, terbukti saat sakarotul maut. Dia menyebut, ummati, menyebut kami, menyebutku, salah satu umatnya.
Bahkan tak hanya itu ya Allah. Muhammad menghawatirkan kami, aku juga, umatnya. Muhammad bersedih, ketika dia pergi, nasib umatnya bagaimana? Muhammad bersedih berpisah dengan kami, umat-umatya. Umat-umatnya yang belum sekalipun ia temui. Yang belum sedikitpun ia tahu seperti apa bentuknya, namun rasa cinta Muhammad, sudah begitu dalam, hingga hamba bisa rasakan sekarang, ya Allah.
Namun, apa pantas ya Allah, aku disebut sebagai umat Muhammad? Astaghfirullahal’adzim. Pantaskah ya Allah, aku dapat syafaat dari Kekasih Mu, Rasulullah saw? Pantaskah ya Robb, aku berjalan mengikuti Muhammad ketika menuju syurga kelak? Pantaskah ya Allah, aku masuk golongan orang-orang yang Engkau muliakan karena mencintai kekasih Mu, Nabi Muhammad yang agung? Pantaskah aku ya Kholiq?? Sang Maha Pencipta orang-orang mulia…. Astaghfirullahal’adzim.
Sedangkan aku masih malas-malasan menjalankan apa yang dikerjakan sang nabi. Sedangkan aku masih saja sholat tak tepat waktu. Sedangkan aku, masih saja membentak orang tua aku ketika dinasehati. Sedangkan aku, masih saja menghina guru-guru aku, padahal mereka sudah sangat tulus memberikan ilmunya kepadaku. Sedangkan aku, masih saja saling bermusuhan ya Allah. Sedangkan aku belum tulus mencintai sesama manusia dan saudaraku di muka bumi ini. Sedangkan aku masih sangat dholim terhadap sahabat-sahabat aku sendiri. Astaghfirullahal’adzim.
Ya Allah, ampunilah hamba. Ampuni kami. umat-umat kekasih Mu, yang belum bisa mendekat sepenuhnya kepada Mu. Yang belum tahu bagaimana cara membahagiakan orang tua. Yang hanya bisa merepotkan dan menyusahkan kedua orng tua. Yang masih kesulitan mendoakan orang tuanya. Yang belum bisa menjadi anak sholeh. Terlebih, yang belum bisa berbakti kepada Rosul dan Pencipta nya. Aku manusia itu ya Allah. Akulah orang itu ya Allah. Hambalah orang yang belum taqwa itu ya Robb. Ampun ya Ghofur, ampun ya Latif….
Ya Allah, hamba masih saja menagisi keduniawian hamba. Hamba akan pilu ketika kehilangan harta benda. hamba akan terasa sedih ketika dosen mulai tak bersahabat. hamba akan mulai gelisah ketika orang tua dan sahabat seolah tak lagi peduli. Hamba akan sangat risau, ketika masalah demi masalah bertubi-tubi datang. Hamba pun akan berduka, ketika teman dan sahabat saya sendiri memusuhiku. namun, aku tak sepilu, tak sesedih, tak serisau, tak berduka, ketika aku mulai jauh dari Mu ya Allah. Ampun ya Allah ampun…
Ya Allah, sesungguhnya Engkau dekat bukan? Bahkan lebih dekat dari urat nadiku kan? Maka dekatlah hamba kepada Mu ya Allah. Rapatkanlah jiwaku ya Allah untuk tunduk patuh hanya kepada Mu. Hangatkanlah aku dalam pelukan iman kepada Mu ya Robbi. Pertemukan aku, orang tua dan keluargaku, sahabat-sahabatku, guru-guruku, seluruh muslimin dan muslimat, dengan kekasih Mu itu ya Allah. Dalam pertemuan paling indah. Dalam reuni ciptaan-ciptaan Mu ya Rohman. Ciptaan-ciptaan terkasih Mu. Ciptaan-ciptaan terbaik Mu. Tentu juga, impian kami semuanya, adalah bertemu dengan Mu, ya Malikal Mulki, ya Dzal Jalaali Wal Ikrom.

1 komentar:

Monggo Komentar Anda!