Diambil dari Facebooknya Fahmi Sadja on Tuesday, March 15, 2011 at 10:56am
Suddenly, my friend sent me a message. I thought there are some problems that he has. Directly, I replied the message. ‘May I know something?’ I typed like that. He just answered ‘may u have something to tell or share?’ Hehehe.. I confused. Perhaps I can tell about Pare. Oh ya, I remember that I don’t tell about Pare yet. My Journey in Pare… I have much stories and experiences. I confuse, where should I began to tell…
But, may I mix my language, to gado-gado language?? Write in English is like a write on stone. Wwkwk… Well, Pare was Great. it’s nice place to study English. Very effective I think. Because the environment support the condition. Everyday and all day long, you can speak English like mad person. The key for study English is be a crazy person. Just talk more do less. Haha.. yeah, practice every day will make you fluently.
Wow, lumayan dua paragraph, hahha. Tapi kok tulisannya menjadi datar dan sangat tak expressive ya. Aku membenci sesuatu yang datar. But is Ok. Begitu juga di Pare, bukan datar yang kurasakan, every single day, thera some gejolak terjadi disana-sini.
Kejadian di Minggu pertama. sontak membuat kami terheran-heran. Kami dimanjakan dengan sajian yang murah meriah. Tapi, benar kata pepatah. Ada harga ada barang. Semakin mahal harga suatu barang, semakin bagus barang itu berbentuk. Ini pun berlaku di Pare. Harga murah, barangnya pun dapat seakan alakadarnya. Hehhe.. tapi memang, ini tak semuanya begitu. Masih banyak warung, toko, panti pijet, karaokean, dan tempat penjaja jasa lainnya yang membandrol harga murah, namun kualitas produknya juga masih prima dan enerjik. Hahhha…
Namun, seperti yang juga sudah saya sampaikan di beberapa kesempatan, bahwa ternyata tak selama harga murah itu mengandung kengiritan yang oke. Justru harga-harga murah ternyata lebih bisa menggerogoti kantong kita. ibarat lintah yang sedikit demi sedikit menyadap darah kita, begitu juga penjual-penjual di Pare. Iming-iming harga murah sukses membuat hasrat nambah dan nambah membendung tinggi. Ini menyiksa namun sesekali nikmat sekali. Guilty pleasure!!!
Menjadi anak rantau seketika saya rasakan kembali. Padahal pengalaman ngekos sudah aku geluti krang lebih 5 tahun. Namun, entah kenapa, kali itu seakan teringat 5 tahun silam. Saat lagi cupu-cupunya menginjak Semarang dengan segala kepolosan yang ada. Adaptasi dengan lingkungan sekitar, start menjalin relations baru, dan mengatur keuangan privasi. Yang terakhir ini adalah sangat menyiksa bagiku. Saya kembali disadarkan bahwa mengatur laju keuangan benar-benar menemui tingkat kesulitannya. Tak heran Negara sering dirugikan masalah money corruption.
Pembengkakan uang di segala aspek pun kian merana. Kian menggerogoti hajat hidup di Pare. Antara yakin dan tak yakin bisa mulus hidup 1 bulan di sana. Ditambah lagi, jiwa petualang berburu kesenangan ke tempat-tempat wisata juga memuncrat kemana-mana. Jiwa muda memang penuh kelabilan. Uang menjadi korban atas nama tindak kejahatan bernama foya-foya. Hahhaha…
Well, every single week, tak luput dari kesenangan itu. Minggu pertama sudah kami habiskan dengan menyusuri gua berukuran tinggi sekitar 160 cm dan lebar setara 4 jengkal tangan orang dewasa. Panjang gua itu bermacam-macam. Jika ditotal kurang lebih berjarak separo kilometer. Wow, sangat menantang. Suasana cave tentu saja gelap pekat, berair setinggi betis kadang setinggi pantat. Gemericik terpatut disana-sini, bau tanah dan air sangat terasa. Serasa bernostalgia dengan asal muasal kita, yaitu dari tanah. Wow, amazing!!
Second weeks, we got Kelud Mountain. Banyak yang bilang pemandangan di area ini adalah menakjubkan. Benar saja, puncak dan bebukitan begitu kokoh standing. Laksana jago membusungkan dadanya. Well, sungguh indah hingga tak sabar menimbulkan bidikan sekaligus jepretan dari kamera-kamera poket dan SLR. Namun sayang, Kami tak sanggup menyusur bukit hingga ke puncak (asmara, hahaha) yang sekilas jalananya menyerupai grad wall di negeri singkek sana. Keindahan alam nuansa kelud tak membuat kami bergeming untuk lebih menggagahinya. Namun, tak mengurangi kegembiraannya.
Minggu ketiganya. Bisa dibilang ini paling seru!!! Banyak factor yang mebuatnya menjadi seru. First, kita perginya rame-rame, ada sekitar 20 orang. Second, tempat wisatanya yang mempesona adalah Jatim Park dan BNS. Ketiganya, secara otomatis kami dapat menelusurkan bakat model kami. eksyien di depan kamera. Sungguh menyenangkan. Cerita mengenai wisata ini ada di note saya sebelumnya, bisa di cekedot ghan!!!
Sayang sekali, di minggu ke empat, berangsur-angsur personilnya mulai berkurang. Sudah banyak yang kembali baik ke hometown ataupun studytown nya masing-masing dengan berbagai alasannya mulai dari yang klise sampai yang digital. Tapi, bukan berarti weekend berubah warna menjadi kelabu. Hahha… sabtu pagi bisa kami hiasi dengan sepeda-pedaan hingga menuju downtown. Mengais gegorengan dan sesusuan.
Wah, saya acungi 4 jempol, susu sapi dan soya di alun-alun pare sangat memikat. Ini terbukti dengan seringnya kita kembali kesana setiap sabtunya. Kata orang bijak adalah tiada sabtu tanpa susu. Hahha… pisang gorengnya juga manis dan empuk makjleb. Setiap gigitannya membawa kita ke suasana berbeda. Gigitan pertama begitu menggoda, kedua serasa makan magnum, ketiga matamu akan berkerjat-kerjat karena rasanya, keempat ketika pisang itu menyentuh gigi dan masuk ke tenggorokan maka mulutmu akan mengeluarkan kata yang berbunyi ‘enak’. Selanjutnya, ML banget alias mau lagi… #ngiler pengen lagi.
Well, judul yang pas dan cocok untuk perjalanan kemarin di Pare adalah “Pare in Love”. Hahha, karena banyak cinta yang tercurah di sini. Cinta akan bahasa inggris, cinta tempatnya, cinta ke orang-orangnya, cinta makanannya, cinta budayanya, cinta apa aja lah ada disini. Rasanya pun sangat gado-gado, sedih senang, kecewa, histeris, jengkel, tegang meletup-letup jadi satu. Mulai dari yang cinlok sampai yang kehilangan sepeda. Mulai dari yang sering protes sampai yang menerima seada-adanya. Mulai dari yang kehabisan uang simpanannya sampai yang nambah pengen satu stage lagi di Pare sana.
Satu persatu tak hanya kedewasaan bahasa inggrisnya saja yang kita dapatkan. Kematangan dan pelajaran hidup juga kental terjadi di Pare. Metamorfosa dari yang ababil (ABG labil) menjadi rebil (remaja labil) menjadi debil (dewasa labil) menjadi tubil (tua labil) sampe ke babil (Bangka labil). Hahha… terasa perubahannya… Wuah pokoknya, semuanya terangkum dalam suasana romantisme di Pare…. Amazing!!! Pare pokoknya recommended!!!